Langsung ke konten utama

Dunia Medis Tidak Mengenal Istilah Puber Kedua

Dunia Medis Tidak Mengenal Istilah Puber Kedua

Puber kedua sering digunakan untuk menyebut kondisi orang-orang paruh baya yang bertingkah laku seperti remaja. Untuk menjawab tentang puber kedua ini, mari kita bahas apa yang dimaksud dengan makna pubertas yang sebenarnya.

Pubertas adalah masa saat tubuh telah matang secara seksual, ditandai dengan berfungsinya organ-organ reproduksi. Pada periode ini, tubuh mulai mengalami perubahan, dari tubuh seorang anak menjadi tubuh orang dewasa. Pada pria, perubahan ini disebabkan obat aborsi  pelepasan hormon testosteron oleh testis, sementara pada wanita, disebabkan hormon estrogen yang dihasilkan ovarium atau indung telur.
Selain perubahan fisik, pubertas ditandai dengan perubahan tingkah laku dan psikologis. Secara psikologis, remaja yang mengalami pubertas akan cenderung lebih agresif dengan mood yang mudah berubah. Tingkah laku mereka juga menjadi lebih berani dalam mencoba hal baru yang belum tentu baik, seperti melakukan seks, minum minuman beralkohol, atau merokok. Pada remaja wanita, pubertas umumnya terjadi pada usia 9-14 tahun dan remaja pria pada usia 12-16 tahun.

Lalu bagaimana dengan istilah puber kedua yang disebut-sebut dialami oleh sebagian orang paruh baya? Puber kedua sebenarnya tidak ada dalam dunia medis. Istilah ini sering digunakan untuk menyebut orang dewasa yang berperilaku selayaknya remaja yang baru memasuki masa pubertas. Beberapa yang terlihat adalah lebih memperhatikan penampilan, perubahan mood yang lebih fluktuatif, stres, rendah diri, atau sebaliknya lebih percaya diri, dan lebih agresif.

Puber Kedua atau Perimenopause?

Seorang ahli psikologi menyatakan pubertas kedua sebagai masa-masa ketika kehidupan seseorang kembali melewati periode ‘badai dan stres’ disertai dorongan gairah yang menggebu-gebu, pada usia sekitar 35-40 tahun.

Pubertas kedua juga seringkali dikaitkan dengan masa perimenopause.  Perimenopause adalah masa transisi pada wanita, beberapa tahun sebelum memasuki masa menopause. Pada periode ini, produksi estrogen oleh ovarium secara bertahap mengalami penurunan. Masa ini akan berlangsung hingga ovarium benar-benar berhenti melepaskan sel telur dan wanita memasuki masa menopause.

Pada sebagian wanita, masa ini dapat bermula pada usia 30-an atau lebih awal, sementara pada sebagian lainnya pada usia 40-an. Masa ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang berbeda-beda pada tiap wanita, berkisar antara 4 hingga 10 tahun.

Secara fisik, wanita pada masa perimenopause dapat mengalami hot flashes (sensasi panas), kelelahan, haid tidak teratur, jantung berdebar-debar, pusing, sakit kepala, menurunnya tingkat kesuburan, berubahnya hasrat seksual, berkurangnya kepadatan tulang, perubahan kadar kolesterol, payudara terasa kencang, sindrom pramenstruasi yang memburuk, vagina kering, dan lebih sering buang air kecil.

Selain perubahan fisik, terjadi juga perubahan secara psikologis dalam masa ini, yang mencakup:

Perubahan mood secara mendadak.
Sulit tidur.
Beban pikiran berlebih.
Kecemasan.
Serangan panik.
Merasa hilang kendali.
Sulit berkonsentrasi.
Kebingungan.
Tidak semua wanita akan mengalami seluruh gejala di atas. Namun ini adalah ciri-ciri umum yang dialami wanita pada masa perimenopause. Perubahan-perubahan tersebut dapat membuat wanita yang mengalaminya menjadi bertanya-tanya apa yang salah dengan dirinya. Tidak sedikit wanita pada masa ini mengalami perubahan perilaku dan melakukan hal-hal yang tidak diduga layaknya remaja, sehingga dikatakan sebagai pubertas kedua.

Tips Membantu Meringankan Gejala Perimenopause

Beberapa cara berikut dapat dicoba untuk membantu meredakan gejala-gejala perimenopause:

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol.
Perbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga.
Cukupi kebutuhan kalsium harian.
Jaga berat badan.
Cukupi kebutuhan istirahat, dengan berusaha tidur dan bangun di jam yang sama.
Konsultasikan kepada dokter apakah Anda perlu mengonsumsi suplemen tambahan atau obat-obatan tertentu.
Apakah gejala-gejala di atas perlu dikhawatirkan? Sebagian wanita dapat menoleransi perubahan-perubahan ini, sementara sebagian lain memerlukan bantuan medis. Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami beberapa kondisi berikut:

Timbul bercak darah setelah melakukan hubungan seksual, atau di antara periode menstruasi.
Masa haid Anda berlangsung lebih lama, lebih banyak, atau mengalami penggumpalan darah.
Menstruasi Anda datang lebih sering.
Hal-hal di atas dapat disebabkan oleh gangguan hormon, kehamilan, penggunaan alat kontrasepsi, atau suatu kondisi medis. Meski tingkat kesuburan dan produksi estrogen pada wanita sudah menurun di masa-masa ini, namun masih terdapat kemungkinan untuk hamil. Oleh karenanya, disarankan untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi pada masa puber kedua (perimenopause), jika tidak berencana untuk memiliki anak.

Komentar